Dari Kosan Sumpek ke Kolam Lele: Transformasi Anak Kuliah yang Bikin Takjub
Hari-hari di kosan sempit itu sudah seperti penjara bagi Bang Sitorus. Panas, lembab, dan kadang suara dari kamar sebelah bikin tambah stres. Banyak dari teman-teman saya sudah nyerah; beberapa telah pulang kampung, dan yang lain masih bekerja secara serabutan. Namun, Sitorus masih hidup, meskipun setiap pagi dia harus berpikir tentang cara makan tiga kali sehari dengan sisa uang recehan di dompetnya.
"Aku ini bukan tipe orang pemlas : tapi ya mau kek mana nasib yang kurang baik aja : kata bang torus Saya telah mencoba bekerja paruh waktu, menjaga menjaga warnet, dan menjadi driver ojol. Tapi tetap nggak cukup buat nutup biaya kuliah, belum lagi skripsi yang makin mepet deadline.”
Di tengah tekanan itu, dia nemu satu pintu keluar yang nggak disangka-sangka: teknologi. Bukan dari seminar kampus atau kelas online, tapi dari ngobrol sama ChatGPT, AI yang katanya bisa bantu apa aja. Awalnya iseng, cuma buat cari hiburan. Dari percakapan singkat itu muncul la kepala liar ide gila bisa buat aku se kaya ini.
“Kupikir, kenapa nggak coba tanya ke AI ini soal main slot yang orang sering mainin itu. Kupilih No Limit City karena katanya paling tinggi RTP-nya. Kupikir, kalaupun gagal, ya udah, setidaknya udah coba,” ujarnya sambil ngelus dagu.
Keberanian Modal Seadanya, Tapi Niatnya Ngeri
Bang Sitorus nekat bermain di platform Juantoto dengan hanya Rp25 ribu, yang dia anggap sekitar setengah dari uang bulanannya.. Dengan QRIS, Kau Bisa Langsung mengisi saldo di kedai terdekat. Game pertama? Zonk. Kedua? Masih apes. Tapi dia tetap gas. “Nggak tahu kenapa, rasa penasaran itu lebih kuat dari rasa takut kalah. Kayak... ini mungkin jalan terakhirku,” katanya pelan.
Lalu terjadi keajaiban. Putaran ketiga membawa simbol-simbol yang selama ini cuma dia lihat di video YouTube para streamer slot. Semua nyambung. Efek suara meledak. Lampu kamar kosan kayak jadi terang mendadak. Di layar tertulis: “You Win Rp112.000.000!”
“Aku diam bre, serius. Kayak enggak percaya. Kupikir bug, kupikir error. Namun, ketika saldo dimasukkan ke akun, baru terasa bahwa ini benar.”
Antara Syok dan Syukur: Langkah Awal Jadi Pemilik Usaha
Banyak orang pasti langsung booking hotel, beli HP baru, atau jalan-jalan. Tapi Bang Sitorus malah memilih pulang kampung. Aku menyadari bahwa saya perlu mengubah hidup saya, tetapi bukan untuk tampil menarik. Aku pulang, ketemu orangtua, peluk ibu, dan bilang: ‘Bu, kali ini giliran aku bantu keluarga.’”
Dengan sebagian besar uangnya, dia beli sebidang tanah bekas sawah yang sudah lama terbengkalai. Tempatku emang pe. Tanah itu dia sulap jadi tambak lele sederhana. Tak pakai banyak teori, cuma bermodal video YouTube, tanya-tanya tetangga, dan semangat nekat.
“Orang-orang kampung heran. Dikiranya aku pulang karena gagal di kota. Tapi pas tahu aku mulai bangun tambak, mereka malah ikut bantu. Ada yang nyumbang bibit, ada yang bantu bersihin lahan. Ternyata, pulang bukan berarti mundur—kadang itu awal untuk lompat lebih jauh.”
Kolam Pertama, Panen Pertama, dan Harapan Baru
Empat bulan pertama jadi ujian. Hujan terus, pakan mahal, dan penyakit ikan sempat bikin stres. Tapi Sitorus tak menyerah. Dia mencatat semua pengeluaran, belajar cepat dari tiap kesalahan. Dia tak gengsi cuci kolam sendiri, angkut pakan, bahkan tidur di pondok tambak saat malam.
Panen pertamanya? Alhamdulillah, 1,2 ton lele laku terjual ke pengepul. Untung bersih sekitar Rp8 juta. Tidak besar dibanding kemenangan slot-nya, tapi bagi Sitorus, itu jauh lebih berharga.
“Cuan dari tambak itu beda rasanya, bre. Keringat sendiri. Lelah, tapi puas. Aku bisa bantu orang kampung kerja juga. Anak-anak muda di kampung malah ikut bantu pas panen, kita rame-rame dorong karung lele ke truk. Itu momen paling membanggakan dalam hidupku,” katanya sambil tersenyum bangga.
Dari Tambak ke Ruang Kelas: Kembali ke Kota dengan Wajah Baru
Setelah usaha tambaknya stabil, Bang Sitorus kembali ke kota. Tapi kali ini bukan sebagai mahasiswa kere, melainkan sebagai pemilik usaha. Ia melanjutkan skripsinya, sewa kamar kos yang lebih nyaman, dan bahkan beli laptop baru untuk mengerjakan tugas dengan lebih lancar.
“Skripsi kuangkat dari pengalaman pribadi: ‘Transformasi Sosial Ekonomi Mahasiswa Melalui Adaptasi Teknologi Digital’. Aku wawancarai diriku sendiri juga, bre,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Ia juga aktif membagikan kisahnya ke komunitas kampus, agar mahasiswa lain tahu bahwa peluang itu kadang datang dari arah yang tak biasa. Bukan berarti harus main slot, tapi lebih ke pesan: “Gunakan teknologi dengan cerdas, jangan cuma buat scroll medsos.”
Kehidupan Sekarang: Mandiri dan Memberi Manfaat
Saat ini, Bang Sitorus sudah memiliki tiga kolam lele aktif, satu unit pengolahan lele asap kecil, dan tengah membina kelompok pemuda tani di desanya untuk memulai proyek hidroponik. Semua ia danai dari keuntungan bisnisnya.
Ia juga membantu biaya kuliah dua adiknya, dan membangun kamar mandi umum di desanya yang sebelumnya tidak ada fasilitas sanitasi layak. “Rezeki itu hak semua orang. Ya, kita harus dapat berbagi jika kita dapat lebih. Biar rezekinya makin lancar,” katanya mantap.
Sitorus kini juga mulai mengedukasi lewat TikTok dan YouTube, membagikan tips usaha, kisah jatuh-bangunnya, serta mindset yang ia bawa selama ini. Tidak semua orang setuju, tetapi netizen memberikan ulasan positif untuk kontennya. “Bang, ceritamu bikin aku semangat!” atau “Gila bang, dari slot ke kolam lele. Salute!”
Penutup: Jalan Hidup Tak Harus Lurus, Asal Tujuannya Jelas
Kisah Bang Sitorus mengajarkan kita bahwa sukses itu bukan soal dari mana kamu mulai, tapi bagaimana kamu mengolah peluang. Entah itu dari game, dari AI, atau dari keberanian untuk mencoba hal yang orang lain anggap ‘tidak biasa’.
Kisah ini tidak menyuruh Anda berjudi atau berharap hoki. Tapi lebih ke membuka mata bahwa teknologi seperti ChatGPT bukan cuma untuk gaya-gayaan. Bisa membantu orang keluar dari stres dalam hidup mereka jika digunakan dengan cara yang kreatif. Dan ketika rezeki datang? Jangan lupa mengelola dengan bijak, seperti yang dilakukan Sitorus: dialirkan untuk hal yang lebih besar.
“Kalau aku bisa, kau juga bisa, bre,” katanya di akhir obrolan, “asal jangan berhenti belajar dan jangan takut mencoba. Ada saat-saat ketika kegagalan yang paling mengerikan memicu kegagalan yang lebih besar.